Rabu, 29 Oktober 2014

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT OF STEEL)



PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT OF STEEL)

            Baja yang mengalami perlakuan panas akan mempunyai sifat mekanis yang spesifik.
            Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Baja dapat dikeraskan sehingga tahan aus dan kemampuan potong meningkat, atau baja dapat dilunakkan untuk memudahkan pemesinan lebih lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besar butir diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling inti yang ulet. Untuk memungkinkan perlakuan panas yang tepat, susunan kimia baja harus diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnya karbon dapat mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisis.

Macam perlakuan panas :
1.      Anil (Annealing)
2.      Normalisasi (Normalisation/ Normalising)
3.      Pengerasan (Hardening)
4.      Temper (Tempering)

5.1. Anil
            Tujuan utama dari proses anil adalah pelunakan sehingga baja yang keras dapat dikerjakan melalui pemesinan atau pengerjaan dingin. Hal ini dilakukan dengan memanaskan sedikit di atas suhu kritis AC3, dibiarkan sampai suhu merata dan disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar suhu di bagian luar dan dalam kira-kira sama. Kecepatan pendinginan 1500 – 2000C tiap jam rata-rata. Proses yang digambarkan pada gambar berikut disebut proses anil sempurna (full annealing) karena struktur sebelumnya akan berubah, struktur kristal merata dan logam lebih lunak. Anil juga dapat meniadakan tegangan dalam.


Gambar 5.1  Kurva transformasi untuk anil sempurna
            Bila logam yang telah dikeraskan dipanaskan di atas daerah kritis, struktur kembali menjadi austenit dan pendinginan perlahan-lahan memungkinkan terjadinya transformasi dari austenit menjadi struktur yang lebih lunak. Baja hipoeutektoid bertransformasi menjadi perlit dan ferit.
            Suhu pemanasan proses anil tergantung pada komposisi dan untuk baja karbon dapat dilihat pada diagram besi-karbida besi. Laju pemanasan ditentukan oleh bentuk dan variasi ukuran profil, harus diusahakan agar suhu merata. Bila suhu anil telah merata, baja didiamkan beberapa lama, biasanya diperlukan waktu sekitar 45 menit untuk ketebalan 25 mm pada penampang yang paling besar. Agar kekerasan minimal dan keuletan maksimal, laju pendinginan harus lambat, untuk ini dapat dilakukan pendinginan dalam dapur. Makin tinggi kadar karbon, makin lambat laju pendinginan.














Anil isothermal :
            Siklus anil isotermal dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5.2  Diagram transformasi untuk anil isotermal

Baja dipanaskan dengan suhu di atas suhu kritis AC3 dan ditahan pada suhu ini sehingga terbentuk struktur austenit sepenuhnya. Selanjutnya baja didinginkan dengan cepat sampai suhu 500 – 1000C di bawah AC1 kira-kira 6000 – 7000C dan ditahan pada suhu ini sampai seluruh austenit berubah menjadi perlit. Selanjutnya baja didinginkan dalam udara tenang. Anil isotermal menghasilkan perlit dengan struktur yang merata. Kehalusan butirnya tergantung pada suhu transformasi.

5.2 Normalisasi.
            Proses normalisasi terdiri dari pemanasan baja 30 – 500C di atas daerah kritis AC3 disusul dengan pendinginan dalam udara. Proses ini biasa diterapkan pada baja karbon rendah dan sedang atau baja paduan agar struktur butiran lebih merata atau untuk menghilangkan tegangan dalam atau untuk memperoleh sifat-sifat fisis yang diinginkan. Baja setelah dinormalisasi akan mempunyai yield point, kekuatan tarik dan kuat bentur (impact strength) yang lebih tinggi dari baja yang dianil. Umumnya setelah digiling, ditempa, dipres, dicor baja mengalami proses normalisasi. Baja hipoeutektoid setelah normalisasi akan memperoleh struktur ferit dan perlit sedang. Baja hipereutektoid memperoleh struktur perlit dan sementit.

Suhu laku panas untuk anil dan normalisasi.
Suhu laku panas berubah dengan kadar karbon

Proses laku panas baja ( skematik )

5.3 Pengerasan (Hardening).
            Pengerasan adalah proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau di atas daerah kritis disusul dengan pendinginan cepat. Bila kadar karbon diketahui, suhu pemanasannya dapat dibaca dari diagram fasa besi-karbida besi. Akan tetapi bila komposisi baja tidak diketahui, perlu diadakan percobaan untuk mengetahui daerah pemanasannya. Cara yang terbaik ialah memanaskannya dan mencelup beberapa potong baja pada berbagai suhu disusul dengan pengujian kekerasan atau pengamatan mikroskopik. Bila suhu yang tepat telah diperoleh akan terjadi perubahan dalam kekerasan dan sifat lainnya.
            Pada setiap operasi perlakuan panas, laju pemanasan merupakan faktor yang penting. Panas merambat dari luar ke dalam dengan kecepatan tertentu. Bila pemanasan terlalu cepat bagian luar akan jauh lebih panas dari bagian dalam sehingga tidak dapat diperoleh struktur yang merata. Bila bentuk benda tidak teratur, benda harus dipanaskan perlahan-lahan agar tidak mengalami distorsi atau retak Makin besar potongan benda, makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil yang merata.
            Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada laju pendinginan, kadar karbon dan ukuran benda. Pada baja paduan, jenis dan jumlah paduan akan mempengaruhi kemampuan pengerasan. Perlu dibedakan antara kekerasan dan kemampuan pengerasan.
            Dari diagram transformasi di bawah jelas, bahwa diperlukan pencelupan yang cepat untuk mencegah perpotongan dengan ujung kurva sehingga dapat diperoleh struktur martensit.
Gambar 5.3  Diagram transformasi yang menggambarkan terjadinya martensit

Untuk baja karbon rendah dan baja karbon sedang, lazim dilakukan pencelupan dalam air. Laju pendinginannya cukup cepat sehingga terbentuk martensit. Untuk baja karbon tinggi dan baja paduan biasanya digunakan minyak sebagai media pencelupan, pendinginannya tidak secepat air. Tersedia berbagai jenis minyak, seperti minyak mineral dengan kecepatan pendinginan yang berlainan sehingga dapat diperoleh baja dengan berbagai tingkat kekerasan. Untuk pendinginan yang cepat dapat digunakan air garam atau air yang disemprotkan. Beberapa jenis logam dapat dikeraskan melalui pendinginan udara akan tetapi untuk baja biasa, laju pendinginan udara terlalu lambat. Benda yang agak besar biasanya dicelup dalam minyak. Suhu media celup harus merata agar dapat dicapai pendinginan yang merata pula. Media pendingin yang digunakan dalam produksi harus dilengkapi dengan perlengkapan pendingin.
            Baja dengan kadar karbon rendah sulit untuk dikeraskan. Dengan meningkatnya kadar karbon sampai sekitar 0,6% kekerasan akan naik. Di atas 0,6% kenaikan harga karbon hanya sedikit pengaruhnya, karena di atas suhu eutektoid baja dalam keadaan anil terdiri dari perlit dan sementit. Baja yang sebagian besar terdiri dari perlit dapat diubah menjadi baja yang keras.
            Benda dengan ukuran yang lebih besar pada umumnya akan menghasilkan permukaan yang kurang keras meskipun kondisi perlakuan panas tetap sama. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah panas yang dapat merambat dari permukaan ke bagian dalam. Oleh karena itu kekerasan di bagian dalam benda akan lebih rendah daripada di bagian luar, dan ada nilai batas tertentu. Namun air garam atau air mungkin menurunkan suhu permukaan dengan cepat, yang diikuti dengan penurunan suhu di dalam benda tersebut, sehingga diperoleh lapisan keras dengan ketebalan tertentu. Hal ini tidak terjadi pada pencelupan minyak, suhu permukaan lebih lambat dingin dan mungkin masih agak tinggi hingga pendinginan terhambat.

Struktur Baja yang dikeraskan.
Telah diketahui bahwa austenit merupakan larutan padat karbon dalam besi-gamma. Baja karbon terdiri dari austenit pada suhu di atas suhu kritis. Bentuk austenit yang dilihat dengan mikroskop pada perbesaran 125x dapat dilihat pada gambar.
Dengan pencelupan dari suhu yang cukup tinggi, biasanya tidak semua austenit berubah, dan austenit sisa ini mempunyai kekerasan setengah dari martensit dan bersifat non-magnetik.



Bila baja hipoeutektoid didinginkan secara perlahan-lahan austenit bertransformasi menjadi ferit dan perlit. Baja dengan susunan demikian lunak dan ulet. Bila baja didinginkan dengan lebih cepat, akan dihasilkan susunan yang berlainan, baja akan lebih keras akan tetapi kurang ulet. Pendinginan yang cepat seperti pencelupan dalam air akan menghasilkan struktur martensit. Martensit adalah struktur yang paling keras. Sementit yang lebih keras sedikit terdapat secara bebas dan dalam jumlah yang kecil dalam baja hipoeutektoid sehingga pengaruhnya atas kekerasan baja dapat diabaikan.
            Unsur yang sangat penting dalam baja yang dikeraskan ialah martensit. Martens seorang ilmuwan berbangsa Jerman, menemukan struktur ini pada tahun 1878. Martensit diperoleh dengan mencelupkan baja karbon dalam air dan terbentuklan fasa transisi yang terjadi karena dekomposisi austenit dengan cepat dan merupakan larutan padat karbon. Di bawah mikroskop tampak jarum-jarum. Kekerasan martensit tergantung pada kadar karbon dan berkisar antara Rockwell C45 dan C67. Martensit sukar dipotong, bahannya getas dan bersifat magnetik.
            Bila baja dicelup, lebih lambat dari kecepatan kritis, terbentuklan struktur yang hitam; yang agak bulat yang disebut perlit halus. Perlit halus kurang keras dibandingkan dengan martensit, kekerasannya berkisar antara 34 dan 45 Rockwell C; ulet dan tahan beban kejut. Bila laju pendinginan diperlambat lagi, maka akan terbentuk perlit kasar.

Kekerasan Maksimum Baja
Kekerasan Maksimum yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon. Meskipun penambahan unsur paduan seperti khrom dan vanadium dapat meningkatkan kemampuan pengerasan baja paduan, kekerasan maksimal tidak dapat melampaui kekerasan baja karbon dengan kadar karbon yang sama. Hal ini dapat dilihat pada gambar.

Gambar 5.7  Kekerasan maksimum sebagai fungsi dari kadar karbon

Untuk dapat mencapai kekerasan maksimum karbon harus larut sempurna dalam austenit. Laju pendinginan minimal yang dapat menghasilkan 100% martensit disebut kecepatan pendinginan atau pencelupan kritis. Selain itu, harus diusahakan agar jumlah austenit sisa dapat ditekan karena austenit sisa akan melunakkan struktur.
            Kekerasan maksimum dapat dicapai bila austenit seluruhnya berubah menjadi martensit dan nilai kekerasannya 66 sampai 67 Rockwell C. Untuk dapat mencapai nilai ini kadar karbon harus sama dengan atau lebih dari 0,60%.

5.4    Temper.

Baja yang telah dikeraskan bersifat getas dan tidak cocok untuk digunakan. Melalui temper, kekerasan dan kegetasan dapat diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedang keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Proses temper seperti terlihat pada gambar terdiri dari pemanasan kembali dari baja yang telah dikeraskan pada suhu di bawah suhu kritis disusul dengan pendinginan. Meskipun proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini berbeda dengan proses anil karena disini sifat-sifat fisis dapat dikendalikan dengan cermat. Struktur akhir hasil temper baja yang dikeraskan disebut martensit temper.
Gambar 5.3  Diagram transformasi yang menggambarkan terjadinya martensit temper

Temper dimungkinkan oleh karena struktur martensit tidak stabil. Temper pada suhu rendah antara 150 – 2300C tidak menghasilkan penurunan kekerasan yang berarti, karena pemanasan akan menghilangkan tegangan dalam terlebih dahulu bila suhu temper meningkat, martensit terurai lebih cepat sekitar 3150C perubahan fasa menjadi martensit temper berlangsung dengan cepat.
Proses temper terdiri dari presipitasi dan penggumpalan atau pertumbuhan sementit. Pengendapan sementit terjadi pada 3150C diiringi dengan penurunan kekerasan. Peningkatan suhu akan mempercepat penggumpalan karbida, sementara kekerasan terus turun. Pada Gambar terlihat sifat baja AISI 1050 yang dapat dicapai dengan melakukan proses temper, terlihat perubahan kekuatan tarik, titik luluh, penyusutan penampang dan perpanjangan.


Gambar 5.9            Sifat fisis baja AISI, berbutir halus, dicelupkan dalam air.

Ada dua proses khusus dimana diterapkan pencelupan tertunda. Baja yang dikeraskan dicelup dalam dapur garam pada suhu yang lebih rendah sebelum didinginkan lebih lanjut. Proses yang dikenal dengan nama austemper dan martemper memungkinkan diperolehnya sifat fisik khusus


Gambar 5.8     Baja SAE 1095 dicelup dari 8400C disusul dengan temper selama 8 jam pada 6750C. Struktur: Sementit spheroid dalam matrix feritik. Pembesaran 900x.

Aus Temper
Proses pencelupan tertunda seperti tampak pada gambar disebut austemper. Austenit mengalami transformasi isotermal dan berubah manjadi Bainit (Bainite) yang keras. Benda atau bagian harus dicelup dengan cepat sampai mencapai suhu yang tepat, tanpa memotong ujung kurva diagram transformasi. Baja dibiarkan di atas garis Ms akan tetapi di bawah 4300C.
Bila dibiarkan cukup lama, akan diperoleh struktur bainit. Di bawah mikroskop struktur bainit mirip dengan martensit, akan tetapi bainit lebih ulet dibandingkan dengan martensit temper. Proses ini diterapkan untuk benda yang kecil dengan kemampuan pengerasan yang baik.



A. Austemper       B. Martemper ( martensit temper )
Martemper.
Baja didinginkan dengan cepat dari daerah austenit sampai suhu di atas garis Ms (lihat Gambar ). Baja dibiarkan cukup lama sehingga suhu merata, artinya bagian dalam dan luar telah mencapai suhu yang sama. Setelah itu biasanya baja didinginkan di udara sampai mencapai suhu ruang dan terbentuklah martensit. Baja dipanaskan kembali; suhu tergantung pada kadar karbon dan pada unsur paduan, untuk baja karbon dengan C = 0,40%, suhu adalah 3700C. Tujuan utama martemper adalah untuk menekan distorsi, terjadinya retak dan timbulnya tegangan dalam akibat pencelupan dalam minyak atau air. Struktur yang terjadi sama dengan martensit temper, dan biasanya disusul temper lagi



Proses Transformasi ( Skematik )







Tidak ada komentar:

Posting Komentar